Thursday, August 12, 2010

Unsur-unsur cerita

Sarana cerita merupakan hal – hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam meneliti dan menata detil – detil cerita .
Sarana cerita menurut Stanton ( 1965)meliputi unsure judul , sudut pandang , gaya dan nada

A.   Judul
             Judul merupakan hal yang pertama dibaca oleh pembaca fiksi .
Judul adalah elemen lapisan luar suatu fiksi . ada yang beranggapan bahwa judul seharusnya memberikan gambaran makna suatu cerita . , oleh karena itu , biasanya judul dapat mengacu pada sejumlah elemen structural artinya sangat boleh jadi antara judul suatu karya berkaitan erat dengan elemen – elemen yang membangun fiksi dari dalam ( termasuk tema , latar , konflik , , tokoh , symbol cerita atmosfer atau suasana , dan akhir cerita )
Contoh:-kubah , lintang kumukus dini hari dan jantera bianglala (novel karya Ahmad tohari menunjukkan symbol cerita yang mengacu pada suasana
-    Ronggeng dukuh paruk mengacu pada tokoh dan latar cerita ..
Dalam kaitannya dengan judul fiksi , pembaca sering tidak mendapatkan kaitan langsung antara judul dan isi cerita . dalam hubungan ini berlaku estetika oposisi : suatu karya literer dianggap bernilai jika karya itu sanggup melanggar cakrawala harapan pembaca

  1. Sudut Pandang          
         Sudut pandang dipergunakan untuk menentukan arah pengarang terhadap peristiwa – peristiwa di dalam cerita sehingga tercipta suatu cerita yang utuh . , oleh karena itu , sudut pandang pengarang pada dasarnya adalah visi pengarang dalam arti bahwa ia merupakan sudut pandangan yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita .
Sebuah karya fiksi merupakan pandangan pengarang terhadap kehidupan .
Realitas di dalam fiksi merupakan realitas yang lebih tinggi daripada realitas kehidupan yang sebenarnya , dan berlaku menurut gagasan dan visi pengarangnya .
Kehidupan yang tersaji dalam fiksi adalah kehidupan yang sudah ditafsirkan melalui mata hati pengarangnya .
Sudut pandang menyangkut masalah teknik bercerita saja , yakni bagaimana soal pandangan pribadi pengarang akan dapat terungkapkan sebaik – baiknya dalam fiksi . untuk itu pengarang harus memilih tokoh manakah dalam fiksinya yang akan disuruh bercerita .
       Jenis Sudut Pandang secara garis besar dibedakan menjadi dua kelompok
v  Sudut pandang orang pertama : Akuan
v  Sudut pandang orang ketiga     : diaan

Jenis sudut pandang yang umum dipergunakan oleh para pengarang dibagi menjadi 4 jenis :
v  Sudut pandang first person sentral ( akuan-sertaan )
v  Sudut pandang first person peripheral ( akuan – tak sertaan )
v  Sudut pandang Third – person –omniscient ( diaan mahatahu )
v  Sudut pandang Third – person- limited ( diaan – terbatas )

Didalam sudut pandang akuan – sertaan , tokoh sentral cerita adalah pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita .
sedangkan di sudut pandang akuan – tak sertaan , tokoh “ aku”hanya menjadi pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih penting , pencerita pada umumnya hanya muncul di awal dan akhir cerita .
sudut pandang diaan – mahatahu : pengarang berada diluar cerita biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang mahatahu dan bahkan mampu berdialog langsung deengan pembaca .
 sudut pandang diaan terbatas : pengarang mempergunakan orang ketiga  sebagai pencerita yang tak terbatas hak berceritanya . disini pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan tumpuan cerita .
perubahaan sudut pandang yang dipergunakan oleh pengarang dalam suatu karya fiksi ciptaannya tentu saja memiliki nilai – nilai tertentu baik nilai yang dikehendaki oleh penggarang maupun yang dirasakan oleh pembaca .


C.Gaya dan Nada
 Peranan gaya dalam fiksi merupakan suatu hal yang penting dan kompleks . sumbangan gaya yang paling utama ialah untuk menciptakan tone “ nada” cerita .
Dalam kaitan ini  dapat dikatakan bahwa gaya merupakan sarana , sedangkan nada merupakan tujuan dan setiap pengarang mempunyai gayanya masing – masing dalam bercerita
Menganalisis gaya sebuah fiksi berarti menganalisis wujud verbal karya sastra , dinyatakan demikian karena gaya merupakan kemahiran seorang pengarang dalam memilih kata – kata , kelompok kata , kalimat  dan ungkapan yang menentukan keberhasilan , keindahan dan kemasukakalan suatu karya yang menjadi menjadi ekspresi dirinya . secara ringkas unsure – unsure yang membangun gaya seorang pengarang adalah diksi , imajeri dan sintaksis
Diksi =pilihan kata yang dilakukan oleh pengarang
Imajeri =kata atau serangkaian kata yang dapat membentuk gambaran mental dan membangkitkan pengalaman tertentu
      Imajeri dalam fiksi dapat dibedakan menjadi ;
v  Imaji literal = imaji yang tidak menyebabkan perubahan \perluasan arti kata – kata
v  Imaji figurative = imaji yang memungkinkan adanya perubahan
              Contoh yang paling terkenal adalah kata mawar .

Salah satu jenis imaji yang paling mendasar adalah symbol .
Symbol dalam fiksi dapat mengacu pada elemen – elemen strukturalnya , misalnya mengacu pada tema , tokoh , latar , dan elemen lainnya .
                        Sintaksis  
                Merupakan cara pengarang menyusun kalimat – kalimat dalam karyanya 
                Bagaimana karakteristik panjang – pendeknya , proporsi sederhana –majemuknya 
                Pada dasarnya nada sebuah fiksi merupakan ekspresi sikap
                Nada itu sendiri bergantung kepada gaya yakni bagaimana pengarang memperlakukan bahasa yang menjadi sarananya .


No comments:

Post a Comment