Thursday, August 12, 2010

Jenis-jenis Puisi

Kajian Pustaka
·        Pengertian Puisi
Tarigan(1984:4) mengatakan bahawa kata puisi berasal dari bahasa yunani “poesi”yang berarti penyair, poem berarti syair, sajak. Arti yang semacam ini lama kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi”hasil seni satra yang kata- katanya di susun menurut syarat- syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kata- kata kiasan”. Dapat dikatakan bahawa puisi ialah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa mengucapkan dengan pikiran.
Puisi adalah pengekspresikan pikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam suasana yang berirama(Pradopo, 1987:7). Puisi diartikan sebagai pembangun, pembentuk atau pembuat, karena memang pada dasarnya sebuah puisi berarti membangun, membuat atau membentuk sebuah dunia baru, secara lahir maupun batin(Tjahjono,2000:4).
Puisi adalah jenis sastra  imajinatif yang mengutamakan fiksionalitas, nilai seni, dan rekayasa bahasa. Puisi ini terdiri atas tiga jenis yaitu puisi epic, puisi lirik, dan puisi dramatik. Puisi epik adalah puisi yang disampaikan oleh penyair dalam bentuk sebuah cerita. Puisi lirik adalah puisi yang lebih menyuarakan pikiran dan perasaan pribadi penyair. Adapun puisi dramatik adalah yang berisi analisis watak seseorang baik bersifat historis, mitos, atau fiktif ciptaan seorang penyair (Nadjid,2002:14-15).
Jadi puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai alat dan dikarang oleh lapis bunyi, lapis arti, dan lapis tema, serta saling berhubungan satu sama lain. Lapis bunyi akan menimbulkan lapis arti, dan lapis arti akan menimbulkan lapis tema.

·        Struktur puisi
A.    Struktur Fisik Puisi
         Struktur fisik puisi dibangun oleh diksi, bahasa kias(figurative language), pecitraan,(imagery), dan persajakan. Dalam (Djojosurot,2005:16) diksi yang digunakan oleh penyair memerlukan proses yang panjang. Penyair tidak menentukan sekali jadi diksi yang akan memerlukan proses yang panjang. Penyair tidak menetukan sekali jadi diksi yang akan digunakan dalam puisi. Oleh sebab itu penyair menulis puisi dengan menggunakan pemilihan kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang cocok dengan suasana. Boulton(dalam Djojosuroto,2005:16) diksi merupakan esensi penulisan puisi.
Pemilihan kata dalam menulis puisi memang penting karena baik buruknya puisi amat ditentukan oleh pemilihan kata yang tepat. Begitu pentingnya aka untuk memanfaatkan kata tersebut harus memperhatikan rangkaian antara kata yang satu dengan kata yang lain yang dapat menimbulkan (1) rasa estetika bunyi yang merdu, (2) makna yang dapat menimbulkan rasa  estetis, dan (3)kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan mendalam.
Sedangkan menurut Akhadiah (1988:82) diksi adalah kata- kata yang dipilih harus mempertimbangkan dari segi makna, komposisi bunyi dan membentuk rima, komposisi kata dalam konteks, dan nilai estetis yang ditimbulkan puisi tersebut. Ada pula yang menyebutkan diksi sebagai dasar pembangun puisi. Kata- kata yang dipilih penyair sesuai dengan perasaan dan nada puisi.
            Nada dan perasaan penyair  menentukan pilihan kata. Jika dihubungkan dengan lambang, maka sebuah kata mungkin melambangkan sesuatu. Efek yang dihasilkan oleh kta tertentu akan mempunyai makna – makna tertentu pula.
            Tujuan penciptaan gaya bahasa dalam puisi antara lain (1)agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif,(2)agar menambah makana tambahan, (3)agar dapat menambah intensitas dan menambah konkret sikap dan persaan penyair, dan (4)agar makna yang diungkapkan lebih padat (Djojosuroto,2005:17)
            Gaya bahasa dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai pengiasan dan perlambangan. Banyak orang menganggap bahawa majasa sama dengan gaya bahasa. Akan tetapi, anggapan seperti itu  tidk benar. Yang benar, majas hanya salah satu unsur pendukung gaya bahasa  (Wiyanto,2005:53).Majas yang mungkin digunakan dalam puisi antara lain(1) majas perbandingan, (2) majas pertentangan, (3) majas pertautan,(4) majas penegasan.

B.     Struktur batin puisi
Struktur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna puisi yang terdiri atas pokok pikiran, tema, persaan, nada, dan amanat yang disampaikan penyair. Untuk memahami struktur batin pembaca harus berusaha melibatkan diri dengan nuansa puisi, sehingga perasaan dan nada penyair yang diungkapkan melalui bahasanya dapat diberi makna oleh pembaca.
Struktur batin puisi membicarakan makna. Waluyo(1991:196) mengatakan bahawa struktur batin puisi pada hakekatnya mengungkapkan yang hendak dikemukan oleh penyair berdasarkan persaan jiwanya. Konsep luapan intinya puisi merupakan luapan persaan dan jiwa yang diisikan dalam struktur fisik.
Struktur batin merupakan inti, karena berupa gagasan penyair yang diungkapkan dalam puisi. Penyair menyadari bahawa sebuah puisi tidak hanya secara ungkapan persaan dan suasana jiwa. Keindahan secara instrinsik berada dalam struktur batin. Sedangkan secara instrinsik keindahan dalam secara fisik.
Istilah struktur batin puisi identik dengan istilah hakikat. Puisi memiliki empat unsure. Unsur- unsur itu adalah tema, perasaan, nada atau sikap, dan amanat. Keempat unsur tersebut menyatukan wujud penyampaian bahsa penyair (Djojosuroto,2005:23)
a.                        Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukan oleh penyair. Tema dalam puisi pada dasarnya berhubungan dengan gambaran atau makna puisi secara umum yang menghidupkan penyairnya. Tema puisi adalah ide yang mendasar suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pegarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya(Aminudin,1987:91) .
Tema puisi biasanya an persoalan manusi yang bersifat hakiki, seperti cinta, kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedudukan, kesengsaraan hidup, keadilan, keberanian, kemakmura, kesejahteraan, persmaan perlakuan, penghapusan kesewenang- wenangan, kemiskinan, cinta dan lain sebagainya. Tema- tema tentang kehidupan manusia dan alam semesta dapat menyadarkan pembaca akan keterbatasan diri manusia terhadap sang pencipta.
b.                       Perasaan.
Dalam kehidupan sehari –hari sering dijumpai manusia yang bersikap berbeda terhadap satu masalah yang sama. Manusia hakikatnya bisa menyelesaikan masalahnya dengan cara dan konsepnya. Manusia mempunyai prinsip kuat dalam menghadapi permasalahan. Demikian pula penyair, dua penyair atau lebih dapat menyairkan objek yang sama dengan cara berbeda. Hal ini bergantung pada sikap penyair terhadap  masalah yang dihadapinya. Tarigan terkandung dalam sajaknya.
Perasaan seorang penyair memang diungkapkan walaupun tidak tampak langsung.pengungkapan tema dengan ekspresi perasaan yang berbeda antara penyair yang satu dengan yang lain akan menghasilkan puisi yang berbeda pula.
Dalam puisi diungkapkan perasaan penyair seperti ungkapan persaan gembira, sedih, terharu, takut, rindu, penasaran, benci, cinta, dendam, dan sebagainya. Perasaan yang diungkapkan penyair bersifat totalartinya tidak setengah- setengah. Jika yang diungkapkan adalah perasaan sedih, maka kesedihan itu tidak setengah- setengah, tetapi kesedihan yang bersifat total. Oleh sebab itu penyair menyerahkan segenap kekuatan bahasa untuk memperkuat ekspresi perasaan yang bersifat total(Tarigan, 1984:5)
c.                        Amanat
Puisi mengandung amanat atau persaan atau himbauan yang disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat dapat dibandingkan kesimpulan tentang nilai atau keguanaan puisi itu bagi pembaca.
Menurut (Situmorang, 1983:16), amanat adalah tujuan penyair dalam menciptakan suatu karya selalu mempunyai tujuan. Meskipun kadang- kadang tujuan itu tidak didasari, yang jelas tujuan itu tetap ada. Sadar atau tidak sadar tujuan itu pasti ada, meskipun ruang lingkupnya kecil atau besar.
Amanat sejalan dengan tema. Amanat ditelusuri jika tema sudah ditentukan. Sangat tidak lazim mengetahui amanat sebelum mengetahui tema. Amanat menjadi dasar  terciptanya puisi. Amanat tersirat dibalik tema, amanta yang disampaikan mungkin berda dalam pikiran penyair.
Amanat dan tema sama- sama menjadi elemen struktur batin puisi. Keduanya menjadi dasar terciptanya puisi. Namun dalam praktiknya tiap- tiap unsur memiliki tugas  yang terpisah, tema berhubungan dengan arti sedangkan amanat berhubungan dengan makna.
d.                       Nada dan Amanat
Puisi sebagai ungkapandari endapan batin, tentu telah dibebani rasa persaan batin  serta sikap penyairnya. Sikap tersebut akan terarah pada dua aspek, yaitu sikap penyair pada pokok pikiran yang ditampilkan dan sikap penyair pada pembacanya(Aminudin, 1987:152). Sikap pada pokok pikiran yang ditampilkan dan sikap penyair pada pembacanya(Aminudin, 1987:157). Sikap pada pokok pikiran yang ditampulkan dapat berupa kemarahan, kasihan, acuh tak acuh, simpati dan sebagainya. Adapun sikap penyair terhadap pembaca dapat dirasakan dari nada ciptaannya apkah berskap menggurui, angkuh, rendah hati, membedahkan sugesti, persuasi dan sebagainya. Sikap ini terlihat dari warna puisi tersebut(Tjahjono,2000:17)
   Nada sering diungkapkan dengan suasana. Jika nada  berarti sikap penyair terhadap pokok permasalahan dan sikap penyair terhadap pembaca, sauna berarti ditangkap oleh panca indera.
   Nada berhubungan dengan tema dan pembaca. Nada yang berhubungan dengan tema menunjukkan sikap terhadap objek yang digarapnya. Penghayatan pembaca akan nada yang diungkapkan penyair harus tepat. Hanya dengan cara  demikian tefsiran atas makna sebuah puisi dapat mendekati ketepatan seperti yang dikehendaki penyair. Cara menafsirkan puisi diantaranya ialah dengan meninjau bahasa yang digunakan oleh penyair, yaitu menentukan konteks puisi berdasarkan kohesia koherensi. Makna puisi tidak hanya ditentukan oleh kata dan kalimatya secara lepas, tetapi ditentukan oleh hubungan antar kalimat yang satu dengan yang lain baik kalimat yang sebelumnya maupun sesudahnya(Djojosuroto,2005:24)
·        Jenis puisi
        Memahami sebuah puisi, sesungguhnya kita menghadapi sebuah obyek yang berada di balik tirai. Ada kalanya kain tirai terbuat dari rajutan yang sangat rapat sehingga kita memerlukan mata yang jeli dan kesabaran dalam melihat dan menafsirkan obyek yang berada di balik tirai. Ada kalanya juga kain tirainya tersulam dengan renggang sehingga secara mudah kita dapat mengetahui siapa yang berada di baliknya.
Begitu juga puisi, terkadang kita sangat susah dan lambat untuk memahami maksudnya, terkadang begitu mudah dan cepat untuk mengerti maknanya. Memang, puisi terbagi dalam dua jenis, yaitu puisi transparan atau disebut pula diaphan dan puisi prismatis. Transparan berarti jernih, bening, dan tembus pandang; sedangkan prismatis akan sukar tertangkap oleh mata karena sinar yang menembus sebuah prisma akan terurai kandungan warnanya.
Contoh kutipan puisi prismatis :
Pada jam ke-24
kota seperti kiamat:
Sydney telah terkunci
dalam gelas pagi.

Ada bulan mengukur luas
laut dan musik panas
Ada beton membentang bentuk
dan bayang hanya merunduk

….
(Sydney: Goenawan Mohammad, 1979)

Contoh kutipan puisi transparan ;
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
pohon jambu di halaman ruman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran.

(Episode : W.S. Rendra)

·        Proses pembuatan Puisi
Membuat sebuah puisi bisa sangat mudah bisa pula terasa sulit. Sebagai sebuah produk karya (seni) sastra, proses pembuatan puisi tentu bukan sekadar memerlukan sentuhan fisik, tetapi juga melibatkan seluruh pikiran dan perasaan kita sebagai manusia. Apalagi menyangkut bagaimana mengungkapkan ide dengan kata-kata agar sesuai maksudnya. Oleh sebab itu, sebuah puisi bisa saja diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi bisa juga memakan waktu berlama-lama.
Membuat sebuah puisi bisa dimulai dari mana saja, tergantung situasi dan kemampuan sipenulis. Untuk sebuah pembelajaran, ada baiknya sebuah puisi dibuat melalui tahapan-tahapan Tahapan pembuatan puisi berikuti ini disusun secara akrostik, dengan menggunakan hurup-hurup awal dalam kata ‘puisi’.
P : pikiran dan perasaan
Keinginan menulis puisi biasanya diawali dengan munculnya gagasan. Gagasan tiba-tiba melintas begitu saja ketika perhatian kita tertuju pada suatu objek atau pengalaman. Apa yang ditangkap oleh mata dan telinga, mengkristal dalam pikiran kita hingga menjadi sebuah tema. Dari gagasan yang mengkristal menjadi tema itu kemudian diterjemahkan oleh perasaan untuk diungkapkan dengan bahasa.
U : ungkapan
Apa yang ada di pikiran dan perasaan tadi mulailah kita ungkapkan dengan menuangkannya ke dalam kata-kata. Sebagai alat ekspresi, maka kata-kata harus betul-betul bisa mengungkapkan apa yang di kepala dan hati tadi. Untuk itulah, mulailah sebuah proses pemilihan kata (diksi). Proses ini biasanya dianggap bagian paling sulit dalam pembuat puisi karena tidak mudah dan cepat untuk menemukan kata-kata yang sesuai.
I : interpertasi
Ketika kita menemukan sejumlah kata, maka proses yang mengiringinya adalah mencoba menginterpertasikan atau membuat penafsiran terlebih dahulu apakah kata-kata yang kita pilih itu mempunya makna yang sesuai dengan keinginan kita. Untuk itu, kembali kita lihat bagaimana hubungan antarkata hingga menjadi larik, hubungan antarlarik hingga menjadi bait, dan hubungan antarbait, termasuk pemenggalannya (anyambemen) hingga sesuai dengan tema yang ada dalam pikiran dan perasaan kita.
S : sajak
Puisi identik dengan bunyi (sajak). Persamaan atau perbedaan bunyi itu timbul dari hurup atau kata-kata dalam puisi tersebut jika dibaca. Dari bunyi-bunyi yang muncul itulah keindahan puisi bisa dirasakan. Untuk itulah, kata-kata yang sudah kita temukan dan pilih tadi harus kembali direkonstrusi agar agar muncul persajakkannya. Dari sinilah akan terlihat berbagai macam rima dalam puisi kita.
I : indah
Kesempurnaan sebuah puisi adalah ketika pikiran dan perasaan kita dapat terwakili dengan pas dan sesuai oleh kata-kata yang terpilih dan menimbulkan bunyi-bunyi yang indah. Ada kepuasan tersendiri ketika puisi yang kita buat sudah mampu memenuhi keiinginan kita dan mampu menarik perhatian bagi penikmatnya karena keindahannya.
Yang melemahkan puisi
Dalam pembelajaran puisi, tidak ada istilah puisi yang baik atau pun yang puisi yang buruk. Jika bicara baik atau buruk, maka tentu ada kepastian nilai yang menjadi ukuran sedangkan puisi bersifat relatif. Puisi adalah karya seni yang abstrak sekali pun menggunakan kata-kata yang nyata sebagai alat eskpresinya. Untuk itu, jika ingin memberikan apresiasi, maka yang ada adalah puisi yang lemah dan puisi yang kuat.
Yang membuat puisi menjadi lemah adalah :
1. Puisi mengandung kata-kata, ungkapan, atau pernyataan yang berlebihan atau bombastis
Kata papa,
Jiwa muda adalah jiwa satria
yang menegakkan kebenaran
yang menegakkan keadilan
….
(Kata Papa : Sri Yulianti, 1979)

2. Puisi menampilkan masalah atau tema yang terlalu kecil tak sebanding dengan alat ekspresinya yang terlalu kuat
Dik Dani,
Sedang banjirkan Jakarta?
Sehingga kau tidak bisa datang
Menengokku di sini
.
….
(Sajak buat Dik Dani : Nunik Yulianti, 1979)

3. Puisi lemah dalam penalaran
Semalam hujan begitu derasnya
entah mengapakah
ramalan cuaca TVRI yang benar?

(Rahmat: Thoha Masrukh A., 1979)

4. Puisi mengandung sisipan obyek yang melemahkan obyek utama dan mengganggu keutuhan sajak.

Oh Ibu sangat besar jasamu
Wahai kawanku janganlah kamu melawan ibumu
Dan jangan pula membantah kata ibumu

(Ibu: Muh. Zen. 1982)

5. Puisi mengandung lebih dari satu sudut pandang
Kutulis syair ini
Ditemani oleh sepasang lilin
Ia menyala dalam kegelapan
Untuk menerangi kamarku

Betapa tulus hatimu
Rela berkorban untukku
Kau bakar dirimu

(Sebuah pengorbanan: Dewi S., 1981)

6. Puisi menggunakan gaya pengucapan atau gaya bahasa yang kurang sempurna
Daunmu yang rimbun menutup surya
sehingga di bawahmu terbayang keteduhan dan kedamaian
sunyi, lembab mengingatkan akan maut

(Hutan: Roslaini, 1982)

7. Puisi mengandung kelemahan rima

Bercucuran air mataku
Jika aku mengenang nasibmu
Tapi jika takdir Tuhan Mahatahu
Kita tak boleh menggerutu.

(Aku: Paramita I.S., 1979)
8. Puisi terlalu prosais
empat orang pemetik menggigil di (antara)
rerimbun pohon (an) teh
pucat mukanya
(sudah) beberapa hari (ini)
hanya rebusan singkong
dan jagung bakar mengganjal perut mereka


                                                                                                   (Dari berbagai sumber )

No comments:

Post a Comment